MEMBANGUN KELUARGA SUKHINAH

 

MEMBANGUN KELUARGA SUKHINAH


Perkawinan merupakan pintu gerbang memasuki suatu fase kehidupan berumah tangga. Dalam menjalani kehidupan berumah tangga ini tidak jarang dihadang oleh permasalahan-permasalahan yang sebulnya tidak pernah dibanyangkan. Masa pacaran atau masa pertunangan yang biasanya mendahului masa perkawinan pada dasarnya adalah masa perkenalan dan penjajakan antara kedua belah pihak untuk saling dapat mengenal lebih jauh tentang diri calon pasangan mereka. Dalam fase ini sampai masa-masa awal perkawinan umumnya masih larut dalam suasana cinta yang menggebu-gebu dan tidak terasakan adanya perbedaan-perbedaan diatara pasangan.

Seiring dengan berjalannya waktu maka secara berahap akan mulai tampak keasli masing-masing, perbedaan-perbedaan yang pada waktu sebelumnya mungkin “tersembunyi” timbul kepermukaan. Hubungan-hubungan dengan keluarga besar sebagai modal baru biasanya memerlukan penyesuaian-penyesuaian, sebagai interaksi yang pasti terjadi. Bila tidak cepat terjadi penyesuai-penyesuaian diperkirakan pada saat inilah akan timbul permasalah-permasalahan yang kadang-kadang mengagetkan sebagai upaya untuk mengantisipasi hal-hal tersebut melalui konseling pra nikah calon pengantin diajak mendalami arti dan makna perkawinan beserta dampak  ikutannya berupa berbagai permasalahan yang mungkin akan dihadapinya.

Perlu pemahaman tentang perkawinan itu sendiri bahwa perkawinan bukanlah semata-mata melibatkan pasangan itu saja, karena setelah perkawinan terjadi timbal kelompok yang disebut keluarga besar yang terdiri dari orang-orang yang menjadi keluarga kedua belah pihak. Perkawinan juga merupakan tindakan moral artinya dilakukan berdasarkan kebebasan, tidak ada paksaan atau intimidasi, berdasarkan kesadaran artinya dipahami apa yang dilakukan dari segala konsekuensinya, dilakukan secara sadar dan sungguh-sungguh dimaui. Semua tindakan ini tidak lepas dari bingkai aturan-aturan yang berlaku dan tuntunan ajaran agama.

Dengan menyatunya dua insan yang berlainan jenis yang pada hakekatnya berbeda yaitu purusa dan pradana (laki-laki dan perempuan) perlu disadari bahwa untuk mempertahankan kesatuan itu harus ada kemauan dan tekad yang kuat dilandasi dengan saling pengertian dan tanggung jawab. Diperluan kemampuan berkomunikasi sebagai suami istri, sebagai pribadi-pribadi yang saling memiliki, tidak hanya sekedar basa-basi melainkan sampai pada komunikasi perasaan yang paling intim.

Hubungan rumah tangga baru memerluka tekad yang kuat karena masing-masing pasangan seakan-akan melepaskan diri dari kekurangannya walaupun sesungguhnya tidaklah demikian. Mungkin saja ada perasaan ”kehilangan”atau ditinggal pada orangtua masing-masing. Perasaan ini akan pupus apabila disadari bahwa kewajiban orangtua adalah mengentaskan anak dengan memberikan mereka kesempatan untuk mengembangkan diri dan sianak menyadari bahwa hubungan dengan orangtua tidak akan mungkin putus karena dia ada karena berkat adanya orangtua, hubungan ini abadi. Jadi komunikasi dengan orangtua tidak boleh terputus.

Bila roda rumah tangga sudah berputar dan kasih sayang sudah tersalur, sesuai tujuan utama perkawinan adalah untuk mendapatkan keturunan (prati sentana) perlu pula dipahami kondisi istri yang menjadi ibu dari anak yang didambakan. Sejak dari mulai kehamilan sampai dengan terjadinya persalinan suami perlu mengutamakan sikap mengayomi  dan melasanakan amalan-amalan ajaran agama seperti garbhadana. Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menjaga kesehatan ibu dan mengatur kelahiran boleh mengikuti keluarga berencana dengan menghidari kasus-kasus aborsi atau pengguguran, karena bertentangan dengan ajaran agama dan hukum yang berlaku. Agama Hindu juga  memberikan pedoman untuk mendapatkan anak laki-laki atau perempuan.

Sesuai dengan tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga sukinah, bahagia lahir batin maka pemahaman seksualitas dalam perkawinan perlu dipahami dengan baik. Tuhan telah menciptakan tubuh manusia sedemikian rupa dimana laki-laki sempurna secra seksual subur terus sedangkan perempuan secara berkala ada masa subur dan masa kosong. Keadaan ini sangat mendukung pelaksanaan keluarga berencana dismping yang utama mencapai tujuan perkawinan. Praja untuk mendapatkan keturunan, trati kesempatan menikmati kepuasan seksual agar jalinan suami istri tetap kekal dan bahagia. Tuhan menciptakan seksual dengan tujuan yang suci, untuk kelangusngan penciptaan. Manusia ditihtahkan melanjutkan karya penciptaan itu. Yang perlu juga dipahami adalah seksualitas suami istri harus didasari atas ketulusan masing-masing pihak, tanpa ada egoisme pribadi, sehingga dapat dinikmati bersama-sama.

Sejalan dengan aktifitas seksualitas terjadilah kehamilan dan disusul dengan kehamilan. Sejak terjadi kelahiran maka pasanga suami istri berubah status menjadi orangtua. Menjadi orangtua kandung harsu disikapi sebagai kebanggaan, karena ada kalanya orang tidak dapat mencapai status itu karena tidak mendapatkan anak dari perkawinanya. Disamping itu sebagai kebanggaan menjadi orangtua juga merupakan tanggung jawab baru yaitu mendidik anak, agar menjadi anak suputra. Sastra-satra agama Hindu memberikan pedoman untuk tugas ini.

Demikianlah pentingnya pemahaman arti dan makna perkawinan, yakni membangun keluarga sukinah dan mendapatkan putra yang saputra dengan mengamalkan ajaran agama, sebagai pilar utama.

BAB III

MATERI  PEMBINAAN PRANIKAH

  1. MORALITAS PERKAWINAN HINDU

 

  1. PEMAHAMAN TENTANG PERKAWINAN
    1. Undang-undang No. 1/1974 Bab I Pasal 1

Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa

  1. Pandangan Psikologi (Kartini Kartono)

Perkawinan adalah suatu peristiwa dimana sepasang mempelai atau seorang calon suami istri dipertemukan secara formal dihadapan penghulu/ kepala agama tertentu, para saksi dan sejumlah hadirin untuk kemudian disahkan secara resmi sebagai suami istri dengan upacara dan ritus-ritus tertentu.

  1. Dalam ajaran Hindu perkawinan disebut wiwaha adalah panunggalan (penyatuan) antara purusa (laki-laki) dengan pradana dengan tujuan grahasta (membangun rumah tangga) disahkan dengan wiwaha samskara.

 

  1. MORALITAS PERKAWINAN HINDU

Moralitas perkawinan adalah tabiat, sifat dan kebiasaan-kebiasaan dalam perkawinan diantaranya :

  1. Kebebasan artinya kedua calon bebas dalam mencari, memilih dan menentukan calon pasangan, tanpa ada intimidasi atau tekanan.
  2. Kesadaran, bahwa kedua calon secara sadar untuk mencari, memilih dan menentukan pasangan.
  3. Memahami dan menyadari semua konsekuensi dari apa yang dilakukan secara sengaja dan sungguh-sungguh dimaui.
  4. Melalui perkawinan suami istri dipersatukan untuk menyempurnakan kekurangan masing-masing.
  5. Perkawinan adalah tindakan moral yang menuntut tanggung jawab.
  6. Relasi suami istri hendaknya dijiwai keadilan, kebijakan, pengendalian diri, keberanian, kemurnian, kesetiaan, kejujuran, keterbukaan.

 

  1. DASAR PERKAWINAN
  1. Cinta sama cinta yang lahir dari hati murni yang paling dalam bukan hanya sekedar perasaan, untuk mau menyatu dalam suatu rumah tangga.
  2. Saling pengertian, atas dasar sudah saling kenal mengenal secara utuh antara kedua calon.
  3. Cinta yang kodrati seperti tertuang dalam Weda Smrti IX. 96

Terjemahan :

Untuk menjadi Ibu wanita diciptakan dan untuk menjadi ayah/bapak, laki-laki diciptakan, karena itu upacara ditetapkan dalam Weda untuk dilaksanakan oleh suami (pria) bersama dengan istri (wanita).

  1. Usia yang cukup/dewasa
  2. Sehat lahir dan batin

 

  1. SIFAT PERKAWINAN HINDU
  1. Perkawinan untuk seumur hidup

Weda Smrti IX. 102

Hendaklah laki-laki dan perempuan yang terikat dalam ikatan perkawinan, mengusahakan dengan tidak jemu-jemunya supaya mereka tidak bercerai dan jangan hendaknya melanggar kesetiaan antara satu dengan yang lain.

Weda Smrti IX. 101

Hendaknya supaya hubungan yang setia berlangsung sampai mati, singkatnya ini harus dianggap sebagai hukum yang tertinggi sebagai suami istri.

  1. Sawala Brahmacari, perkawinan sekali seumur hidup.
  2. Monogami hanya menikahi satu istri.
  3. Tresna Brahmacari, maksimal boleh 4 kali menikah.
  4. Tidak mengenal perkawinan sejenis.

 

  1. TUJUAN PERKAWINAN HINDU
  1. Mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan suami istri lahir batin, tercapainya dharma artha kama dan moksa (Sarasamucaya 135).
  2. Mendapatkan keturunan untuk melanjutkan tradisi keluarga.

 

  1. LARANGAN PERKAWINAN
  1. Mempunyai hubungan sedarah/keluarga dekat (Pasal VIII. U.U.P)
  2. Hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan kejiwaan.
  3. Dalam hubungan sapinda (hubungan kekeluargaan) baik dari garis ibu maupun garis bapak (Weda Smrti III. 5)
  4. Masih dalam ikatan perkawinan.

 

  1. MORALITAS KELUARGA BERENCANA
  1. Keluarga berencana bertujuan untuk mengatur kelahiran
  2. Dalam prakteknya keluarga berencana harus diperhatikan tindakan atau perbuatan agar tidak terjadi pengguguran kandungan/aborsi.

 

  1. MORALITAS HUBUNGAN SUAMI ISTRI
  1. Hubungan suami istri adalah untuk kebahagiaan bersama :
    1. Penyerahan diri sepenuhnya.
    2. Tidak boleh egois
  2. Tujuan berhubungan suami istri
    1. Prokreasi : untuk mendapat keturunan
    2. Rekreasi : untuk kebahagiaan dan keutuhan keluarga

 

  1. KEWAJIBAN KELUARGA HINDU
    1. Satu keluarga dikatakan sempurna apabila terdiri dari suami istri dan anak, seperti dinyatakan dalam Weda Smrti IX. 45.
    2. Seluruh unsur keluarga harus berupaya menanamkan pengabdiannya masing-masing demi mengemban misi menjaga kehormatan nama keluarga.
    3. Mengamalkan Panca Yadnya (Weda Smrti III. 67-71).

 

  1. PERKAWINAN CAMPUR
  1. Agama Hindu tidak mengenal perkawinan campuran dalam arti ada perbedaan agama antara calon suami dan istri.
  2. Kesatuan agama dilakukan dengan cara sudhi wadani.
  3. Dalam wiwaha samskara suami dan istri mengucapkan ikrar (sumpah) perkawinan, Reg Veda X.85.36.47

 

  1. Pengantin Laki-laki

 

OM GRMNAMI TE SAI BHAGATVASA HASTAM

MAYA PATYA JARADASTIR YATHASAH

BHAGO ARYAMA SAVITA PURAMDHIR

MAHYAM TVADUR GARHA PARTYAYA DEVAH

(Reg Veda X.85.36)

OM SAMANYJANTU VISVE DEVAH

SAM APO HRDAYANI NAU

SAM MATARISVA SAM GHATA

SAMUDESTI DADHATU NAU

(Reg Veda X.85.47)

 

Saya pegang tanganmu demi keberuntungan, semoga kiranya Engkau, hidup lama bersama Saya, Dewa Bhaga, Aryama, Sawitar, Puramdhi, menganugerahkan Engkau kepadaKu, sebagai pengatur rumah tanggaKu.

 

Semoga semua Dewa dan Dewa Apah, mempersatukan hati kami, semoga Dewa Matariswa, Dhata, Dhesti, semuanya memadukan hati kami.

 

  1. Pengantin Perempuan

OM DIRGHAYUR ASTU MEPATIR JIVATI SARADAH SATAM (Atharva Veda XVI.263)

 

Semoga suamiKu dikarunia umur panjang, semoga ia hidup ratusan tahun.

 

  1. Para Hadirin

OM IHEMA VINDRA SAM NUDA VAKAVAKEVA DAMPATI

  1. PENGESAHAN PERKAWINAN
  1. Perkawinan disahkan dalam upacara wiwaha samskara yang dipimpin oleh rohaniawan yang berwenang.
  2. Dalam wiwaha samskara harus hadir kedua mempelai dan saksi-saksi sesuai ketentuan Undang-undang.

 

  1. PERCERAIAN

Merupakan hal yang luar biasa dapat terjadi karena :

  1. Istri tidak bisa punya anak, sedangkan suami menginginkan adanya keturunan, atas dasar keterangan dokter ahli dan atas kesepakatan berdua.
  2. Suami atau istri meninggalkan keluarga lebih dari dua tahun tanpa berita
  3. Cacat suami yang sebelumnya tidak ketahuan (misal impoten)
  4. Cacat istri yang sebelumnya tidak ketahuan karena dirahasiakan.
  5. Suami mempunyai tabiat buruk yang membahayakan nyawa istri
  6. Salah satu meninggalkan agamanya.
  7. Tidak dapat “rujuk” harus kawin kembali

 

  1. MENDAPATKAN KETURUNAN

Apabila secara normal keturunan tidak didapat, boleh dengan cara :

  1. Adopsi, sesuai peraturan perundang-undangan dan ajaran dharma.
  2. Dengan proses bayi tabung, asal dengan sperma dan sel telur berasal dari suami istri.
  1. KOMUNIKASI SUAMI ISTRI
  1. PSIKOLOGI PERKAWINAN
  1. Pemahaman tentang Perkawinan
    1. UUD RI No. 1/1974 Bab I Pasal 1.

Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

  1. Dalam ajaran Hindu

Perkawinan atau wiwaha adalah panunggalan (penyatuan) antara purusa (laki-laki) dengan pradhana (perempuan) dengan tujuan grahastha (membangun rumah tangga) disahkan dengan wiwaha samskara.

  1. Pandangan Psikologi (Kartini Kartono)

Perkawinan adalah suatu peristiwa dimana sepasang mempelai atau seorang calon suami istri dipertemukan secara formal dihadapan penghulu/ kepala agama tertentu, para saksi dan sejumlah hadirin untuk kemudian disahkan secara resmi sebagai suami istri dengan upacara dan ritus-ritus tertentu.

Panunggalan suami istri ini berakar dalam sifat saling melengkapi secara kodrati yang terdapat pada pria dan wanita dan semakin dikukuhkan oleh kesediaan pribadi masing-masimg suami istri untuk bersama-sama melaksanakan seluruh rencana hidup mereka, saling berbagi apa yang mereka miliki dan seluruh kenyataan mereka.

  1. Tinjauan Psikologis (Pria dan Wanita)

Aspek-aspek yang membedakan antara pria dan wanita ialah :

  • BIOLOGIS                  :   -   Anatomi alat reproduksi

-   Ciri-ciri kelamin primer dan sekunder

  • PSIKOLOGIS             :   -   Sifat-sifat pria dan wanita

-   Gambaran terhadap pernikahan

-   Harapan terhadap pasangan

-   Dorongan seksualitas (libido)

  • SOSIO KULTURAL  :   -   Latar belakang keluarga

-   Latar belakang pendidikan

Tidak mudah menjelaskan perbedaan antara pria dan wanita secara gamblang dalam aspek prikologis. Hal ini disebabkan karena secara individu sifat psikologis serta kecenderungannya sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan dan kebudayaan.

Namun demikian secara umum perbedaan sifat psikologis serta kecenderungan-kecenderungan yang ada pada pria dan wanita dapat dipisahkan sebagai berikut :

SIFAT PRIA

Dan WANITA

PRIA

WANITA

PERASAAN

Lebih rasionil

Lebih emosionil

Cenderung mendatar

Mudah tergetar

Lebih terkendali

Lebih meledak-ledak

Penghayatan tidak

mendalam

Mudah mengendap

dalam hati

POLA PIKIR

Obyektif, global

Intuitif & subyektf,

detail

Kokoh dalam putusan

Mudah berubah

GAMBARAN

terhadap

PERNIKAHAN

Penyerahan diri bagi

keluarga

Penyerahan diri bagi

suami keluarga

Sebagai dorongan dalam

Pekerjaan dan karier

 

HARAPAN

terhadap

PASANGAN

Ingin agar istri mempunyai cinta dan pengabdian secara penuh terhadap suami

Ingin agar suami menyatakan cinta melalui kelembutan

 

Suami dapat menerima dirinya seadanya

 

Ingin mendapatkan pengayoman dan dukungan emosional

DORONGAN SEKSUAL (LIBIDO)

Cenderung mengutamakan sentuhan jasmani

Cenderung mengutamakan perasaan, iklim kemesraan

Erotisme

Penuh perhatian, pengertian, tenggang rasa

Persatuan badaniah

Merupakan puncak kebersamaan

 

  1. Permasalahan dalam Perkawinan

Perkawinan adalah suatu tahapan baru dalam proses perjalanan hidup seseorang, melibatkan dua pribadi yang memiliki latar belakang berbeda sehingga membutuhkan penyesuaian.

Perbedaan meliputi : Harapan, Kebiasaan, Cara mengambil keputusan, reaksi emosional, Kegemaran dll.

 

ASPEK

PRIA

WANITA

Minat

Pada hal teoritis, abstrak. Kegiatan yang merangsang intelektual

Pada hal praktis, konkrit, detail. Kegiatan yang mengandung nilai etis, estetis.

Cara berpikir

Logis, rasional

Cenderung emosional

Sifat

Egosentris, obyektif

Heterosentris

Tingkah Laku

Ekspansif, agresif

Memelihara, melindungi

Pembangkit semangat

Bersemangat bila merasa dibutuhkan

Sukarela melakukan sesuatu bila yang dicintai

Komunikasi

Bercerita untuk mencari penyelesaian masalah

Bercerita untuk didengarkan

Kedekatan

Seperti karet gelang. Perlu waktu menyendiri

Relatif konsisten. Merasa nyaman bila selalu berdekatan dengan pasangan

Respon seksual

Mudah tertarik pada stimulasi fisik

Memerlukan waktu lebih lama untuk perangsang erotis

Emosionalitas

Relatif stabil

Seperti gelombang

 

Permasalahan yang sering muncul setelah memasuki usia pernikahan melewati masa-masa awal.

Kebiasaan pasangan, seksualitas, kehamilan, kehadiran bayi, perbedaan cara mengasuh anak, adat istiadat, kehadiran mertua/tinggal bersama keluarga, pasangan, kondisi keuangan, perkembangan karier/pendidikan, perbedaan profesi, usia sering menjadi pemicu.

 

  1. Mengatasi Permasalahan
    1. Perbedaan secara psikologis hendaknya dilihat untuk saling memperkaya/saling melengkapi.
    2. Kenali/pahami diri sendiri dan pasangan
    3. Adanya upaya untuk saling menghargai
    4. Mengungkapkan pandangan dan perasaan masing-masing
    5. Kesediaan mendengarkan, keberanian mengakui kekeliruan
    6. Doa bersama-sama
    7. Sikap toleransi yaitu mampu menerima kekurangan pasangan
    8. Kesabaran untuk menerima sesuatu yang tidak bisa diubah dan kesediaan membantu sesuatu yang dapat diubah
    9. Tanggap (empati), komunikatif
    10. Kemampuan menyepakati tujuan bersama dan berusaha mencapainya.
    11. Saling mau mengerti.

 

  1. KOMUNIKASI SUAMI ISTRI
  1. Pengantar

Mengapa komunikasi antar suami istri perlu dibina?

Jawaban yang perlu direnungkan lebih dalam, adalah karena sebagai komunikan atau pendengar, manusia akan merasa dimanusiakan oleh lawan bicaranya di dalam komunikasi. Oleh karena itu, iklim komunikasi antar suami-istri yang tercipta dan terbina menuntut peran kedua belah pihak pasangan. Sayangnya banyak pasangan suami-istri yang tidak menyadari adanya perubahan peran waktu ke waktu karena lingkungan dan pribadi masing-masing juga berkembang. Bila pasangan tidak mengetahui dan tidak mampu mengendalikan perubahan-perubahan yang terjadi dalam tahap-tahap hubungan perkawinan, keretakan dapat diramalkan bakal menjadi nyata.

 

  1. Mengenali Tujuan dan Hakekat Perkawinan
    1. Tujuan Perkawinan

Perkawinan atau wiwaha bagi masyarakat Hindu mempunyai arti yang khusus dalam kehidupan manusia sebagai awal jenjang grahastha. Di dalam kitab Manawadharmasastra dijelaskan bahwa perkawinan itu bersifat sakral dan wajib hukumnya. Perkawinan sangat dimuliakan karena dapat memberi kesempatan atau peluang kepada anak keturunan untuk melebur dosa-dosanya dan dosa leluhurnya agar dapat reinkarnasi atau menitis kembali ke dunia.

Tujuan perkawinan menurut Undang-undang Perkawinan (Undang-undang No. 1 Tahun 1974) Pasal 1 adalah :

  1. Membentuk keluarga bahagia lahir dan batin, sejahtera dan kekal abadi berdasarkan ke Tuhanan Yang Maha Esa.
  2. Melahirkan keturunan atau anak suputra untuk menyelamatkan dan mendoakan agar keluhannya mendapat jalan yang terang sebagai kelanjutan siklus kehidupan keluarga karena anak (keturunan) merupakan pelita kehidupan.
  3. Memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani yang dilandasi dengan dharma.

 

 

 

  1. Tujuan perkawinan (Manawadharmasastra)
    1. Dharmasanpathi : kedua mempelai secara bersama-sama melaksanakan dharma yang meliputi aktivitas dan kewajiban agama seperti melaksanakan pancayadnya.
    2. Praja : kedua mempelai mampu melahirkan keturunan yang akan melanjutkan amanat dan tradisi leluhur.
    3. Rati : kedua mempelai dapat menikmati kepuasan seksual dan kepuasan lain yang tidak bertentangan dengan dharma.
  2. Hakekat perkawinan

Perkawinan menurut ajaran Hindu adalah Yadnya, sehingga orang yang memasuki ikatan perkawinan akan menuju gerbang grhastha asrama yang merupakan lembaga suci yang harus dijaga keberadaan serta kemuliaannya. Lembaga suci ini hendaknya dilaksanakan dengan kegiatan yang suci pula seperti melaksanakan dharma agama dan dharma negara, termasuk didalamnya melaksanakan panca yadnya. Pada saat grhastha asrama inilah tiga tujuan hidup sebagai landasan yang harus dilaksanakan yaitu :

  1. Dharma, adalah aturan-aturan yang harus dilaksanakan dengan kesadaran berpedoman pada dharma agama dan dharma negara.
  2. Artha adalah segala kebutuhan hidup berumah tangga untuk mendapatkan kesejahteraan berupa materi dan pengetahuan.
  3. Kama adalah rasa kenikmatan yang telah diterima dalam keluarga sesuai ajaran Hindu.

 

  1. Siklus Kehidupan Perkawinan
    1. Kehidupan perkawinan merupakan ‘siklus’ atau ‘roda’ kehidupan perkawinan yang terus berputar selama hidup kita di dunia ini. Siklus atau perputaran roda ini, tidak dapat kita hentikan kecuali oleh Tuhan (kematian).
    2. Siklus kehidupan perkawinan meliputi :
      1. Masa Romance – proses penyesuaian diri pada masa awal perkawinan.

Saling mau membahagiakan pasangan dan mau berkurban untuk pasangan, hal yang kurang menyenangkan mudah diatasi. Relasi erat dan intim karena ada komunikasi dari hati ke hati, diliputi kemesraan cinta yang masih hangat.

  1. Masa sulit/kekecewaan

Setelah masa menyesuaikan diri, pasangan mulai tahu siapa sebenarnya pasanganya itu kadang-kadang masa kecewa. Tetapi kekecewaan jangan dibiarkan saja mulailah menerima pasangan apa adanya, jadikan kelebihan dan kekurangan untuk saling melengkapi.

  1. Saling bangkit kembali/kebahagiaan

Masa ini timbul setelah suami istri berani dan mau menerima pasangan apa adanya, serta bertekad menjaga keutuhan rumah tangganya.

  1. Siklus ini yang pasti terjadi dalam roda kehidupan perkawinan tidak bisa berhenti berputar selama hidup kita di dunia ini.
  2. Setiap kita jatuh dalam masa kekecewaan kita harus mau dan berani untuk bangkit kembali; kita usahakan berada dalam masa kekecewaan dalam waktu sependek mungkin. Pada prinsipnya, perceraian bukanlah menyelesaikan masalah, karena kita masih akan mengalami siklus kehidupan perkawina yang tidak kunjung berhenti.
  3. Dengan mengalami kekecewaan dan bangkit kembali, kita belajar, sehingga kekecewaan berikutnya menjadi semakin dangkal dan lebih mudah untuk bangkit kembali. Dengan demikian, kita membuat lingkaran siklus menjadi semakin kecil, tetapi tidak akan pernah menjadi sebuah titik selama hidup kita.

 

  1. Komunikasi
    1. Komunikasi adalah proses timbal balik antara dua orang yang seorang memberi informasi dan yang lainnya menerima informasi.
    2. Komunikasi yang baik adalah ungkapan perasaan, pikiran dan keinginan kepada yang lain dan hal ini harus diungkapkan secara jujur dan penuh cinta/sepeuh hati.
    3. Komunikasi ada 2 macam : Komunikasi Verbal (dengan kata-kata) dan komunikasi non verbal (dengan tindakan/tingkah laku).
    4. Tingkatan Komunikasi Verbal :
      • Basa-basi : “Halo, apa kabar” – “Mau kemana” – “Selamat pagi”
      • Membicarakan orang lain atau keadaan (ngrumpi, gosip dll)
      • Menyatakan gagasan dan pendapat (diskusi, rapat, seminar, loka karya)
      • Saling berbagi perasaan/dialog perasaan (ada yang mengungkapkan perasaan dan ada yang menerima ungkapan perasaan)

 

  1. Puncak Komunikasi Suami Istri

Tingkat komunikasi suami-isteri sampai pada tingkat perasaan menjadi dasar untuk komunikasi tingkat selanjutnya sampai pada puncak komunikasi suami-istri, yaitu relasi seksual, baik dalam kemesraan fisik (intimacya) maupun persetubuhan. Selain untuk regenerasi (mempunyai anak), persetubuhan adalah juga untuk rekreasi dalam meningkatkan kedekatan relasi suami-istri.

Hal-hal yang perlu diperhatikan :

  1. Aktifitas ini hendaknya saling membahagiakan (tidak membahagiakan diri sendiri), dan hendaknya selalu peka, peduli dan berfokus terhadap kebutuhan pasangan.
  2. Pada saat terjadi relasi seksual, seluruh jiwa raga kita dan pasangan dalam keadaan terbuka, yang membuat kita menjadi sangat sensitive. Hal-hal kecil yang biasanya tidak menimbulkan masalah bisa menyebabkan terhentinya relasi seksual dan menjadi konflik dan pertengkaran. Hindari hal-hal yang tidak perlu dikomunikasikan pada saat-saat ini, seperti membicarakan orang lain (orang tua/mertua, anak-anak dlsb), membandingkan dengan orang lain (selebritis, orang tua/ mertua, mantan pacar, dsb.), apalagi membicakan permasalahan.
  3. Pada intinya, segala bentuk perselingkuhan menyakiti hati pasangan. Perselingkuhan yang melibatkan seksualitas dan intimacy kepada pihak ketiga akan membuat ‘luka’ yang dalam kepada pasangan, menghilangkan kepercayaan, memadamkan cinta kasih dan sulit dimaafkan. Secara umum hindarilah perselingkuhan, apalagi yang melibatkan seksualitas dan intimacy.
  1. Komunikasi Perasaan
    1. Kunci kebahagiaan suami-istri adalah relasi yang baik.
    2. Kunci relasi yang baik adalah komunikasi yang baik.
    3. Komunikasi yangbaik adalah komunikasi sampai tingkat perasaan (dari hati ke hati) yang jujur dan terbuka.
    4. Mengenai pasangan kalau mengenal isi hatinya. Kalau kita dapat saling mengungkapkan apa yang bergejolak di dalam sanubari, baru kita dapat belajar saling mengenal dan menerima perasaannya.
    5. Perasaan yang terpendam adalah penyebab banyak kesulitan. Semua perselisihan, pertengkaran berasal dari hati yang terbuka, karena merasa tidak dicintai atau tidak dihargai. Selama kita tidak bisa membagukan perasaan kita yang terdalam, kita tidak mungkin saling mengenal dan perasaan yang terpendam meracuni relasi kita.
    6. Komunikasi adalah kunci untuk memecahkan perselisihan, satu-satunya cara untuk terus berkembang bersama, untuk membangun relasi yang akrab dan dewasa.

 

  1. Pantangan-pantangan dalam berkomunikasi verbal (menyakiti)
    1. Kata-kata memojokkan, bela diri (memasang benteng), menuduh, menghakimi, menuding.
    2. Kalimat-kalimat yang ‘membebani’, pemberian ‘label’ atau ‘persepsi’ negatif, dan kalimat-kalimat yang ‘tidak menyelesaikan masalah’, ‘menyerah’ atau melarikan diri.
  1. Komunikasi yang efektif

Komunikasi efektif menuntut masing-masing pihak untuk mampu mendengarkan dengan aktif, yang meliputi respon non-verbal, parafrase (mengulangi perkataan lawan bicara dengan kata lain sebagai konfirmasi), merenungkan implikasi, mengundang kontribusi dan merenungkan perasaan yang mendasarinya.

Ada perbedaan yang mencolok antara ‘mendengar’ dan ‘mendengarkan’; yang paling baik ‘mendengarkan dengan Empati’.

  • Mendengar (hear). Pasif. Misalkan mendengar musik, mendengar kicau burung, mendengar bunyi ledakan, mendengar teriakan orang.
  • Mendengarkan (listen). Aktif, penuh perhatian. Misalkan : Mendengarkan berita/musik (bedakan dengan  ‘mendengar’ berita/ musik), mendengarkan curhat pasangan atau anak.
  • Mendengarkan dengan Empati. (Emphatic Listening).

Ikut merasakan dan menghayati si Pembicara, seolah-olah kita ikut mengalami apa yang diutarakan si Pembicara.

 

  1. Hambatan ‘mendengarkan’
    1. Kecenderungan kita yang lebih ingin ‘didengarkan’ daripada ‘mendengarkan’
    2. Mayoritas orang mendahulukan ego dan kepentingan dirinya sendiri dibandingkan kepentingan orang lain.
    3. Kecenderungan pendengar yang sibuk dengan pemikiran (mind set) sendiri.
  1. Menjadi pendengar yang baik
    1. Beri perhatian
      • Pandanglah Pembicara (eye contact) tanpa perasaan curiga
      • Coba belajar menyingkirkan apa yang melintas di benak kita- terutama yang menyangkut diri kita.
  2. Hargai sudut pandangnya dan libatkan si pembicara
    • Fokuskan pada dirinya, misal “lalu bagaimana menurut kamu, apa yang sebaiknya kita lakukan?”
  3. Kisahkan kembali dan tanyakan yang kurang kita pahami
    • Ulangi secara ringkas apa yang dia ceritakan, misal “jadi maksud kamu adalah ……” – ini menyatakan bahwa kita mengikuti dan memahami semua yang diceritakannya.
    • Tanyakan apabila ada yang kita tidak mengerti
  4. Jangan potong ceritanya
    • Coba singkirkan keinginan kita untuk menanggapi dan memberikan solusi atau nasehat bila tidak diminta.
    • Hindari keinginan kita untuk menjadi PEMBICARA.
  5. Perhatian non stop
    • Sesudah pembicara bercerita jangan terus melupakan begitu saja; tanyakan bagaimana perkembangan (follow up).
  1. MEWASPADAI MASALAH DAN SOLUSINYA

Dalam setiap relasi suami istri adalah wajar bila terjadi konflik. Ada dua pandangan tentang konflik. Secara tradisional konflik dihindari, namun saat ini pandangan tentang konflik berubah. Pandangan modern tentang konflik bersifat fungsional atau berguna, sehingga dapat dikelola dengan tujuan yang baik. Dalam hal ini kualitas komunikasi yang buruk menjadi gejala sebuah masalah dan komunikasi yang baik dapat menjadi awal solusi. Konflik dan perselisihan hendaknya diselesaikan sesegera mungkin.

  1. Gejala relasi suami istri yang kurang baik apabila :
    1. Komunikasi tidak bebas
    2. Jarang timbul kesepakatan
    3. Tidak bersedia berbagi informasi
    4. Persaingan tidak sehat
    5. Kebersamaan tidak efektif
    6. Tidak mempercayai pasangan
  1. Waspadai Emosi
    1. Waspadai kondisi pribadi sesaat
    2. Hindari evaluasi dan pengambilan keputusan jika sedang dilanda gejolak emosi
    3. Hindari rasa SUPERIOR
    4. ‘Memuji’ (yang sering kita lupakan) membuahkan kegembiraan dan membangkitkan semangat bagi yang dipuji.
  1. Waspadai Perilaku
    1. Jangan mengumpat/mencemooh/mengejek
    2. Jangan menyakiti
    3. Jangan menelantarkan/membicarakan hal negatif terjadi
    4. Beri perhatian cukup
    5. Sempatkan waktu untuk berkomunikasi pada tingkatan paling mendalam (dari hati kehati).
  1. KOMUNIKASI DENGAN ORANG TUA/MERTUA
    1. Tinggal bersama orangtua

Tidak jarang keluarga “baru” masih tinggal bersama orang tua, sehingga setiap waktu ada komunikasi dengan orang tua maupun mertua. Setiap orang tua menginginkan yang terbaik untuk putra-putrinya, akibatnya tidak jarang tindakan orang tua dianggap “intervensi” oleh menantu atau anaknya. Menurut Weda apabila anak sudah berumah tangga sikap orang tua cukup mengikuti dengan “pandangan mata dan apabila melihat sesuatu yang dirasa tidak beres, harus hati-hati dalam memberitahunya.” Maksudnya adalah berikan mereka kebebasan dalam berkeluarga.

  1. Tinggal terpisah dengan orang tua

Berumah tangga disebut grahasta artinya membangun rumah atau keluarga mandiri, ini baik untuk mewujudkan tanggung jawab secara periodik untuk “bersimakrama” kunjungan kepada orang tua tetap perlu, dan bawalah sekedar oleh-oleh yang disenanginya. Suatu saat bila orang tua datang ke tempat anda tinggal, terimalah dengan ceria, walaupun mungkin suasana keluarga anda cuacanya sedang mendung.

Jaga hubungan baik dengan orang tua dan mertua, hindari sekali pomeo berikut “Bapak datang gelar kasur, mertua datang gelar tikar” perlakukan mereka sama, sebab kedua-duanya mereka adalah orang tua anda.

  1. Hubungan anak dengan orangtua adalah abadi

Tidak ada suatu kekuatan apapun yang dapat merubah atau memutus hubungan antara anak dengan orangtuanya. Apabila orangtuanya itu meninggal, maka hubungan itu meningkat menjadi hubungan manusia dengan leluhurnya. Perhatiakn kutipan-kutipan berikut :

Ikang bhakti makawitan, paritusta sang rawitnya denya, phalanya mangke dlaha, langgeng paleman ika ring hayu. (sarasmuccaya : 241)

Artinya :

Setia bakti terhadap orangtua membuat orangtua itu sangat senang dan puas hatinya, pahalanya baik sekarang ini maupun kemudian, tetap mendapat pujian tentang kebajikan.

Tlu pratyekaning bapa, tingkahnya, sarirakrtprana data, annadatta, sarira krtngaraning sangkaning sarira, pranadatta ngaraning mapunya hurip. Annadatta maweh amangan anging waniwah (sarasamuccaya 242)

Artinya :

Tiga perincian bapa itu menurut pri keadaannya yaitu sarirakrt, pranadatta, annadatta, sarirakrt artinya yang mengadakan tubuh ini, pranadtta artinya yang memberikan hidup, annadatta artinya yang memberikan makan dan mengasuhnya.

Ikang anak ngaranya, matraptining bapa ginawenya, kunang ikang bapa, sakwhning sukhaning anak ginawenya apan tan hana tinengetning bapa, sariranira towi, winehakenira ta ya.(sarasamuccaya 243).

Artinya :

Yang disebut anak patutnya mebuat si bapa agar puas hatinya, sedangkan si bapa sebanyak-banyaknya kesenangan sianak dikerjakan olehnya, sebab tidak ada yang dipikirkan si bapa, badannya sekalipun akan direlakannya.

Mangkanang ibu, arata juga sihnira manak ya apan wenang tan wenang, saguna nirguna, daridra sugih, ikang anak kapwa rinasanira, iningunira ika, tan hana ta pwa kadi sira, ring masih, manging wana. (sarasamuccaya 244).

Artinya :

Demikialah si ibu, rata benar-benar cinta kasihnya kepada anak-anaknya , sebab baik cakap ataupun tidak cakap berkebagian ataupun tidak berkebagian, miskin atau kaya anak-anaknya itu semua dijaga baik-baik oelhnya dan diasuhnya mereka itu, tidak ada yang melebihi kecintaan beliau dalam hal mengasihi dan mengasuh anak-anaknya.

Matangnyan mangke ulaha ring wasang matuha manantwa swagata aweh onggwa unggwan manembah asila angharep akena, yar angkat mengaterakan (sarasamuccaya 248).

Artinya :

Oleh kanana itu prilaku terhadap orangtua hendaknya memberikan salam selamat dan menyapa dengan sopan santun, mempersilahkan duduk kemudian menghormati, serta dengan sopan bersila dihadapannya, pada waktu pergi hendaklah mengantarnya.

Dari uraian-uraian dalam kutipan ini dapatlah disimpulkan bahwa orangtua melakukan segalanya untuk anak-anaknya. Tanpa orangtua kita tidak akan pernah ada. Itulah sebabnya hubungan dengan orangtua harus selalu dijaga

  1. KELUARGA BERENCANA

PENDAHULUAN

Masalah kependudukan merupakan salah satu masalah besar yang dihadapi bangsa Indonesia yang sedang membangun ini. Masalah kependudukan antara lain: tingginya angka kelahiran dan kematian bayi serta kematian ibu hamil, rendahnya pendapatan per kapita yang mempengaruhi daya beli masyarakat terhadap barang-barang konsumsi. Selain itu rendahnya pendapatan per kapita akan mempengaruhi daya beli masyarakat terhadap barang-barang konsumsi. Selain itu rendahnya pendapatan per kapita akan mempengaruhi derajat kesehatan serta pendidikan masyarakat. Semua masalah tersebut saling terkait satu sama lain.

Berdasarkan kenyataan ini, sejak tahun 1970 pemerintah telah mencanangkan Program Keluarga Berencana. Dewasa ini KB telah menjadi gerakan nasional dibawah koordinasi BKKBN dengan motto, “Dua anak Cukup”, Keluarga Berencana pada dasarnya mengajak setiap anggota masyarakat, khususnya PUS (Pasangan Usia Subur) untuk merencanakan kelahiran, jumlah anak yang akan dilahirkan berdasarkan rasa tanggung jawab.

  1. POLA REPRODUKSI SEHAT MANUSIA

Adalah pola reproduksi keturunan yang tidak menimbulkan gangguan kesehatan jasmani, rohano dan sosial, baik pada orang tua maupun anak yang akan dilahirkan.

Untuk mencapai reproduksi sehat harus dipenuhi beberapa persyaratan antara lain :

  • Reproduksi terjadi dalam ikatan perkawinan
  • Reproduksi terjadi pada masa kurun waktu sehat
  • Reproduksi terjadi karena memang diinginkan oleh pasangan yang bersangkutan

Dalam pola reproduksi sehat terkandung reproduksi terencana, yang merupakan tumpuan dasar KB. Suatu reproduksi yang terencana akan menghasilkan keturunan yang sehat dan menjamin kesejahteraan lahir batin dan masa depan anak.

  1. KURUN WAKTU REPRODUKSI SEHAT

Dari hasil berbagai penelitian memperlihatkan bahwa pola reproduksi sehat dapat dicapai hanya dalam kurun waktu reproduksi sehat manusia (ibu).

Bagi seorang wanita, kurun reproduksi sehat berkisar antara usia 20-30 tahun. Pada masa ini kematangan biologis dan psikologis wanita mencapai kesempurnaan dan siap menjadi ibu bagi anak-anak.

Usia dibawah 20 tahun, termasuk masa reproduksi muda dan beresiko bila terjadi kehamilan dan kelahiran. Hasil penelitian klinis membuktikan bahwa kasus kematian ibu dan anaknya serta kanker leher rahim diderita oleh ibu-ibu yang melahirkan di bawah usia 20 tahun.

Usia diatas 30 tahun termasuk masa reproduksi sehat. Dari segi klinis, melahirkan masa ini juga sebenarnya masa yang paling baik untuk mendidik anak atau meniti karier.

Kurun waktu sehat tidak saja berhubungan dengan usia ibu, tetapi juga sangat berkaitan dengan perencanaan kelahiran dan jarak kelahiran antara anak pertama dan anak berikutnya. Realisasi dari perencanaan kelahiran itu dapat diwujudkan melalui Program Keluarga Berencana, baik KBA (Keluarga Berencana Alamiah) dan KBB (Keluarga Berencana Buatan).

 

KELUARGA BERENCANA

  1. Tujuan KB

Tujuan normatif     :    Untuk membentuk lembaga keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera

Tujuan demografis :    - Untuk menurunkan angka kelahiran

                                     - Meningkatkan derajat kesehatan ibu dan keluarga

                                     - Meningkatkan kesejahteraan keluarga

 

  1. Manfaat KB

Umum   :   KB meningkatkan kwalitas sumber daya manusia

Khusus  :   -   Menciptakan hubungan yang lebih dekat dan harmonis antara anggota keluarga

                  -   Kebutuhan pangan, sandang dan perumahan mudah terpenuhi

                  -   Anak memiliki kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik.

 

  1. MACAM-MACAM KB
    1. Keluarga Berencana Alamiah (KBA)
      • Pengertian

KBA merupakan metode perencanaan kehamilan berdasarkan tanda dan gejala yang secara alamiah terjadi pada fase subur dan tidak subur dalam siklus haid. Untuk mencegah kehamilan, hubungan seksual dilakukan pada masa tidak subur dari tiap siklus haid.

  • Macam-macam Metode KBA
    • Metode kalender (Ogino-Knaus)
    • Metode suhu basal
    • Metode pengamatan lendir (Metode Ovulasi Billings = MOB)
    • Metode Keefe
    • Metode Simmpto Termal
    • Metode menyusui Tanpa Haid (MTH) atau lactational Amenorrhoea Method (LAM).
  • Aspek-aspek yang menguntungkan dari KBA
    • Meningkatkan relasi dan komunikasi suami istri
    • Mandiri
    • Tidak pakai alat/obat
    • Ekonomis, baik dari segi biaya maupun waktu
  • Keluhan terhadap KBA
    • Rumit dan merepotkan
    • Banyak orang sulit berpantang sanggama

 

  1. Keluarga Berencana Buatan (KBB)
    • Pengertian

KBB merupakan upaya untuk mencegah kehamilan dengan alat, obat atau tindakan lainnya.

  • Macam-Macam
    1. Alat kontrasepsi mekanis : - kondom – diafragma – spersimisidal
    2. Alat kontrasepsi hormonal : - Pil KB – suntikan KB – Susuk/ Norplant.
    3. Kontrasepsi mantap (Kontap)
      • Vasektomi: mengikat/memotong saluran sperma pada pria
      • Tubektomi: mengikat/memotong saluran telur pada wanita.

 

  1. ABORTUS/PENGGUGURAN

Sampai saat ini belum ada kesepakatan diantara para ahli (dokter) mengenai definisi yang baku tentang abortus. Ada ahli yang mendefinisikan abortus sebagai keluarga mudigah atau calon bayi yang belum mampu hidup secara fisik dari tubuh ibunya. Yang dimaksudkan dengan mudigah ialah calon bayi kurang dari 22 minggu. Ahli lain mengatakan, bahwa abortus terjadi bila janin keluar dari rahim ibunya sebelum berumur 20 minggu.

Dari definisi di atas tidak digambarkan kapan kehidupan itu dimulai. Pada kasus inipun terdapat perbedaan diantara para ahli. Sebagai orang Hindu kita menganut pandangan Weda yaitu bahwa kehidupan ini dimulai sejak persatuan antara sel mani dan sel telur (zygote). Perlindungan atas kehidupan harus dimulai sejak saat itu. Usaha untuk menghilangkan hak hidup zygote melalui pengguguran adalah suatu bentuk pembunuhan berencana terhadap mahluk lemah, si calon bayi dan secara hukum akan mendapat ancaman pidana kurungan. Bertitik tolak dari prinsip di atas, maka abortus atau pengguguran bukan merupakan bagian dari sarana KB.

CARA-CARA KBA

  1. METODE KALENDER

Cara :

  1. Catatlah panjang dan pendeknya siklus haid selama satu tahun secara terus menerus, minimal 6 bulan.
  2. Tentukan berapa hari siklus terpanjang dan siklus terpendek

Misal : siklus terpanjang : 30 hari dan siklus terpendek 28 hari

  1. Masukkan kedalam rumus : siklus terpedek – 18 hari dan siklus terpanjang – 11 hari.
  2. Hari pertama subur : 28 – 18 hari = hari ke 10. Hari terakhir subur 30 – 11 = hari ke 19. Maka hari yang dianggap subur hari ke 10 s/d ke 19 (11 hari).

Makin bervariasi siklus wanita maka makin panjang hari pantang.

  1. METODE SUHU BASAL

Cara :

  1. Ukurlah suhu basal tubuh dengan termometer klinik atau termometer ovulasi
  2. Ukurlah suhu basal badan setiap hari pada waktu yang sama, sebelum melakukan kegiatan; catat pada kartu.
  3. Sebelum dipakai termometer diperiksa dahulu agar yakin air raksa seluruhnya telah berada dalam reservoir
  4. Catat pula bila ada kejadian yang mempengaruhi suhu tubuh
  5. Turunkan air raksa kembali
  6. Letakkan termometer pada tempat yang mudah dijangkau dari tempat tidur

Jika pada grafik 3 hari berturut-turut suhu basal tubuh lebih tinggi dari 6 hari sebelumnya, berarti masa subur telah lewat.

 

  1. METODE OVULASI BILLINGS (MOB)

Cara :

  1. Kenalilah POLA DASAR TAK SUBUR anda
  2. Kenalilah karakteristik LENDIR SUBUR dan TIDAK SUBUR
  3. Patuhilah ATURAN AWAL dan PUNCAK sesuai keinginan pasangan

Dasar-dasar Metode Ovulasi

Falsafah : Hormat kepada kehidupan

Dasar :   Mengenali tanda-tanda dan gejala-gejala Lendir yang secara alamiah terjadi pada Masa Subur dan Masa Tidak Subur dari seorang wanita.

Keuntungannya :

  • Memungkinkan setiap kehamilan direncanakan
  • Berdasarkan metode yang ilmiah
  • Dapat membantu pasangan yang ingin hamil
  • Tidak berbahaya, menggunakan cara alamiah
  • Membantu membentuk kesehatan jasmani dan rohani dalam Perkawinan
  • Dapat dipakai dengan sukses, ekonomis, praktis, dapat mencapai otonomi dan mandiri.

Keberhasilan metode ini tergantung pada adanya, saling mengerti, motivasi, pengamatan lendir dengan seksama dan teratur, saling memahami.

SIKLUS HAID   :    Dari hari pertama haid sampai hari pertama haid berikutnya disebut satu siklus haid.

LENDIR             :    -   Didalam siklus haid, sesudah haid biasanya ada hari-hari kering ketika wanita tidak mengalami lendir dan ada hari-hari basah ketika wanita mengalami lendir.

                                  -   Lendir itu mula-mula kentaldan keruh, kemudian berubah sifat menjadi lendir yang encer dan jernih.

                                  -   Sesudah itu dia mengalami kering lagi sampai haid berikutnya datang.

                                  -   Bila ada lendir dan merasa basah, maka wanita itu disebut sedang subur. Bila tidak ada lendir dan merasa kering wanita itu disebut Tidak Subur. Hari-hari haid, kering dan berlendir tidak sama pada setiap wanita, bisa pendek, bisa juga panjang.

Pada umumnya    :    -   hari-hari haid : 3 – 5 hari

-   hari-hari kering sesudah haid : 3 -5 hari

-   hari-hari lendir kental : 3 – 5 hari

-   hari-hari lendir encer : 2 – 5 hari

-   hari-hari kering sampai dengan kedatangan haid berikutnya : 12 – 16 hari

Pada umumnya panjang siklus : 21 – 35 hari.

 

PENTING          :    -   Siklus haid pada setiap orang tidak sama panjangnya.

                                  -   Panjang siklus haid pada setiap orang bisa berbeda-beda setiap bulannya.

 

SIFAT LENDIR :

  1. Lendir tak subur : kental, sedikit, keruh, tidak ulur, tidak berubah sifatnya. Perasaan kering.
  2. Lendir subur : encer, berlimpah/mengalir, jernih, ulur, sifat berubah dari kental ke cair. Perasaan : Basah dan Licin.

PENGAMATAN DIRI :

  • Dilakukan setiap hari; pada pagl sesudah bangun, pada siang hari dan pada sore sebelum tidur.
  • Mengamati : apakah ada lendir encer atau tidak, sifat lendir ulur atau tidak ulur dan perasaan basah dan licin atau kering.

KETERANGAN :

OVULASI                      :   lepasnya sel telur dari indung telur, ini hanya terjadi 1 kali pada setiap siklus haid.

TELUR                           :   hanya dapat hidup selama 12-24 jam ketika dibuahi.

SEL MANI                     :   memerlukan lendir untuk tetap bertahan, tanpa lendir akan mati dalam beberapa jam, dengan lendir yang baik dapat bertahan 3-5 hari.

KESUBURAN               :   ditentukan oleh adanya Ovulasi dan Lendir yang baik.

LENDIR YANG BAIK  :   lendir yang encer, licin dan ulur disertai perasan Basah (berarti : lendir yang subur)

 

  1. METODE KEFFE

Cara :

  1. Lakukan autopalpasi pada serviks
  2. Bila waktu meraba serviks sukar ditemukan, sesudah teraba terasa lunak, kenyal seperti lendir, serta mulut rahim terbuka dan ujung jadi dapat dimasukkan sedikit, maka akan ditemukan lendir serviks yang encer, jernih, licin dan ulur padanya. Keadaan ini menunjukkan perkiraan sekitar OVULASI.
  3. Setelah terjadi ovulasi maka waktu meraba serviks letaknya lebih ke bawah hingga mudah teraba, terasa keras, seperti tulang rawan hidung dan mulut rahim tertutup. Hal ini terjadi setelah ovulasi dan beberapa hari setelah haid.

KEBERSIHAN dan KETRAMPILAN melaksanakan AUTOPALPASI sangatlah diperlukan.

 

  1. METODE HAID, PANTANG, PANTANG BEBAS (HPPB)

Metode ini diawali dengan memperhatikan hari mulai mendapat haid sebagai hari pertama (H), selanjutnya seminggu berikutnya pada hari yang sama mulai pantang (P) begitu pula seminggu berikutnya sampai pada hari  yang sama masih tetap pantang (P) sampai pada minggu berikutnya pada hati yang sama mulai bebas (B) sampai pada mendapat menstruasi pada bulan berikutnya, demikian seterusnya.

Skema :

  1. M, S, S, R, K, J, S, M, S, S, R, K, J, S, M, S, S, R, K, J, S, M, S, S, R, K à

(H)                          (P)                           (P)                           (B)

 

  1. S, S, R, K, J, S, M, S, S, R, K, J, S, M, S, S, R, K, J, S, M, S, S, R, K à

(H)                         (P)                           (P)                           (B)

 

Bima mendapat haid mulai hari Minggu, hari Minggu berikutnya harus mulai pantang, demikian pula hari Minggu berikutnya masih pantang mulai hari Minggu berikutnya baru bebas.

 

  1. MENDAPATKAN ANAK LAKI-LAKI ATAU PEREMPUAN

Dalam kitab Manawadharma sastra Mandala III Sloka 48 diuraikan tata cara mendapatkan anak laki-lakI atau perempuan.

Yugmesu putra jayanti, striyo’ yugmasu ratrisu,

Tasmad yugmasu putrarthi, samwirs dartawe striyam (Mds.IV.48)

 

Kalau menggauli istri pada hari-hari genap anak laki-lakilah yang lahir, dan pada hari-hari ganjil anak perempuan, karenanya laki-laki yang ingin putra laki-laki, hendaknya menggauli istrinya pada masa  yang baik  pada hari-hari genap.

Hari permulaan mendapat menstruasi adalah hari pertama merupakan hari ganjil, demikian selanjutnya diperhitungkan hari-hari genap dan hari-hari ganjil.

Skema : misalnya menstruasi mulai pada hari Minggu.

M  S  S  R  K  J  S     M  S  S  R  K   J  S     M  S  S  R  K  J  S      M  S  S   R  K  J  S  M

  1   2    3   4    5    6   7       8    9  10  11  12  13  14     15  16  17 18  19  20 21       22  23  24  25 26  27  28  29

 

               
       

 

H                         (P)                        (P)                         (B)

Pembuahan dapat terjadi mulai hari ke 8 sampai dengan hari ke 21, jika menginginkan anak laki-laki atau perempuan pilihlah hari ganjil atau genap diantara hari-hari tersebut.

 

 

  1. SEKSUALITAS DALAM PERKAWINAN

 

  1. FISIOLOGI PRIA DAN WANITA

 

  1. Perbedaan Pria dan Wanita

Perbedaan yang paling mencolok antara pria dan wanita adalah alat reproduksi yang dimiliki masing-masing. Secara biologis, perbedaan pria dan wanita dapat ditinjau dari segi anatomi (bentuk dan susunan alat reproduksi), fisiologi (fungsi reproduksi) dan ciri-ciri kelamin.

 

  1. Fungsi Alat Reproduksi Pria

Alat reproduksi pria berfungsi memproduksi sel-sel mani (sperma) yang dihasilkan oleh sepasang buah pelir (testis), yang berada dalam kantung pelir (scrotum). Sperma yang sudah matang akan terpancar keluar (ejakulasi) yang terjadi pada waktu mimpi basah (polusi), onani/masturbasi atau sanggama/persetubuhan. Sperma disalurkan melalui vas deferens. Dalam perjalanan keluar, sperma bercampur dengan air mani (semen) yang dihasilkan kelenjar vesicula scminalis, dan juga bercampir dengan produk-produk dari kelenjar prostat dan bulbo urethralis dan selanjutnya keluar melalui urethra.

Tiap ejakulasi, pria akan mengeluarkan kira-kira 1 sendok teh air mani, yang didalamnya mengandung antara 200-500 juta sperma.

Buah pelir juga menghasilkan hormon testoteron (hormon kejantanan). Hormon ini menyebabkan timbulnya karakter kelaki-lakian pada seorang pria. Buah pelir mulai aktif bekerja menghasilkan hormon ini pada masa remaja, ketika anak laki-laki mengalami mimpi basah.

 

  1. Fungsi Alat Reproduksi Wanita

Dibandingkan dengan alat reproduksi pria, fungsi alat reproduksi wanita lebih rumit, karena tiap bagian mempunyai fungsi yang berbeda-beda, tetapi saling melengkapi.

Secara umum, fungsi utama alat reproduksi wanita ialah menghasilkan sel telur (ovum) yang terdapat pada indung telur (ovarium). Sel telur pada wanita sudah ada sejak wanita itu dilahirkan, yang jumlahnya antara 30.000 – 40.000 buah dalam tiap indung telur, tetapi masih belum matang. Proses pematangannya dimulai sejak wanita itu mengalami haid/menstruasi pertama (menarche) pada usia 11/12 tahun.

Pematangan sel telur hanya terjadi sekali sebulan dari salah satu indung telur, kiri atau kanan, dan hal ini terjadi antara 2 masa haid. Namun ada juga wanita yang menghasilkan lebih dari 1 indung telur dalam waktu bersamaan, atau malahan ada yang sama sekali tidak menghasilkan sel telur.

Indung telur juga berfungsi untuk menghasilkan hormon kewanitaan, yang terdiri dari progesteron dan estrogen. Hormon progesteron berfungsi mempengaruhi rahim dalam siklus haid, bila sel telur tidak dibuahi dan mempertahankan kehamilan bila sel telur dibuahi. Sedangkan hormon estrogen berfungsi memberikan karakter kewanitaan.

 

  1. Ciri-ciri kelamin Sekunder
    1. Pada Pria :
      • Penis bertumbuh besar dan panjang
      • Tumbuh bulu pada kemaluan, ketiak dan wajah. Bulu pada pria biasanya lebih telah dari pada wanita.
      • Suara berubah parau
      • Tertarik pada wanita
      • Mimpi basah
    2. Pada wanita :
      • Labia mayora dan labia minora bertambah besar
      • Kelenjar bertolini mengeluarkan sekret/cairan
      • Tumbuh bulu pada daerah kemaluan dan ketiak
      • Kelentit lebih lengkap vaskularisasinya.
      • Mulai menghasilkan sel telur, sehingga mereka mengalami haid
      • Tertarik pada pria.

 

  1. KEBERSAMAAN SEKSUALITAS PERSONAL (HUBUNGAN SEKSSUAL)

Sudah diikatakan, bahwa perbedaan pria dan wanita bermaksud agar keduanya saling melengkapi untuk saling membahagiakan dan untuk melanjutkan keturunan. Keduanya saling tertarik satu sama lain dan memiliki kerinduan yang tak terpadamkan untuk selalu dekat dengan sang kekasih (eros). Rasa saling tertarik dan rindu inilah yang menghantar pria dan wanita yang saling menerima ke dalam persatuan “dwi tunggal” yang tak terpisahkan.

Persatuan antara pria dan wanita secara fisik diwujudkan “dalam kebersamaan seksualitas personal”. Kita tidak menggunakan istilah hubungan seks, karena pengertiannya terlalu sempit, yaitu hanya terfokus pada hubungan kelamin dan sering mengabaikan unsur personalnya.

Kebersamaan seksualitas personal berarti suami istri mengungkapkan cintanya sebagai dan wanita melalui persatuan jiwa-raganya dan sekaligus terbuka untuk melahirkan dan mendidik anak. Persatuan ini melibatkan suami istri secara personal, utuh dan bebas. Mereka dapat mengungkapkan kekayaan seksualitas manusia yang tak ternilai tanpa paksaan, rasa takut atau unsur negatif lainnya. Maka kebersamaan seksualitas personal hanya ada dalam ikatan perkawinan yang sah.

 

  1. Tujuan Kebersamaan Seksualitas Personal

Untuk saling membahagiakan, sebagai ungkapan cinta, memperoleh keturunan, rekreasi menghilangkan ketegangan, untuk saling memastikan dan untuk memperoleh kenikmatan/kelegaan.

 

  1. Fase-fase Kebersamaan Seksualitas Personal
    1. Fase Pendahuluan (Foreplay)

Kedua belah pihak melakukan persiapan, saling bercumbu, membelai, meraba dan sebagainya sampai keduanya telah siap untuk bersatu jiwa raganya. Pada fase ini kedua pihak harus aktif memberikan rangsangan-rangsangan, terutama pria. Pria harus terampil merangsang partnernya melalui pelukan, belaian, ciuman dan rabaah penuh minat. Untuk itu pria harus tahu dan memanfaatkan daerah-daerah sensitif pada bagian tubuh wanita (mis, belakang telinga, laher, bibir, aerola mamae, paha, pinggul dan klitoris. Pria juga harus dapat membaca sinyal istri yang dalam keadaan terangsang, siap untuk melanjutkan permainan pada tahap berikutnya. Tanda-tanda wanita terangsang antara lain : denyut nadi cepat, nafas lebih cepat, susu membesar dan putting susu menegang, terjadi lubrikasi pada vagina untuk memudahkan penetrasi penis.

 

  1. Fase Sexual Intercourse

Pada fase ini terjadi penetrasi penis (hubungan seks) yang dimulai dengan gerakan ritmis, makin meningkat sampai kedua belah pihak mencapai orgasme. Pada fase ini pria perlu mempelajari reaksi istrinya dalam permainan cinta agar sama-sama mencapai puncak kenikmatan.

Untuk mencapai orgasme bersamaan perlu dilakukan variasi dalam bersanggapa. Bagi pria memang tidak sulit untuk mencapai orgasme. Pada saat ejakulasi, pria mengalami orgasme. Sedangkan bagi wanita sering agak lama dan sulit mencapai orgasme. Karena itu, kedua belah pihak harus saling mengkomunikasikan perasaan, tanpa rasa malu. Wanitapun harus menyadari bahwa wanita tidak selalu mengalami orgasme setiap kali berhubungan intim. Tetapi wanita juga lebih beruntung, karena mereka dapat mengalami lebih dari satu kali orgasme dalam sekali main.

Kini yang menjadi persoalan, bagaimana anda meningkatkan ketrampilan anda dalam bercinta, sehingga tercapai keharmonisan dalam bermain cinta. Masalah ini sangat penting dan vital dalam menjaga kelestarian dan keamanan keluarga. Banyak ahli di bidang seks mengatakan bahwa keributan di rumah tangga sering berpangkal pada ketidakseresaian dalam hubungan intim.

 

  1. LOVE POSITION

Teknik kebersamaan seksual harus ada dan harus tepat untuk dapat mencapai orgasme. Namun kebersamaan seksual tidak sama dengan teknik bersanggama saja. Orgasme berarti suami istri melepaskan ketegangan fisik dan psikis. Mereka mencapai kepuasan dan kenikmatan.

Namun kebersamaan seksual tidak berhenti hanya sampai pada tahap orgasme saja.

Kebersamaan seksual menuntut keadilan, yaitu suami dan istri mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Tidak boleh ada paksaan dalam kebersamaan seksual personal, harus ada kemauan dan keinginan kedua belah pihak, terutama dalam menentukan kapan dilakukan, berapa kali seminggu dan sebagainya. Komunikasi personal suami istri kiranya mendatangkan kegembiraan, kebahagiaan, kedamaian dan keselarasan.

Dalam melakukan hubungan intim ada banyak teknik. Anda dapat memilih salah satu lebih sebagai variasi, tergantung pada kesepakatan anda berdua. Prinsip pemilihan teknik bukan untuk mencoba, tetapi untuk mencapai orgasme bersama.

Buku Kama Sutra menguraikan hal ikhwal seksualitas yang tujuannya adalah memberikan pelajaran dalam upaya mencapai kebahagiaan suami istri dalam rumah tangga.

 

 

  1. MENJADI ORANG TUA

 

  1. Kewajiban Suami dan Istri
    1. Kewajiban Suami
      1. Seorang suami harus melindungi istri dan anak-anaknya, serta mengawinkan anaknya bila saatnya tiba.
      2. Ia harus menyerahkan harta dan mempercayakan kepada istri untuk mengurus rumah tangga.
      3. Menjamin hidup dengan memberi nafkah istrinya bila karena sesuatu urusan penting (tugas) harus meninggalkan istri ke luar daerah.
      4. Memelihara hubungan kesuciannya dengan istri saling mempercayai sehingga terjamin keharmonisan rumah tangga.
      5. Menggauli istri, dan berusaha menjaga kelestarian rumah tangga dengan jalan tidak melanggar kesuciannya masing-masing.

 

  1. Kewajiban Istri
  1. Seorang istri tidak boleh bertindak sendiri-sendiri tanpa sepengetahuan suami.
  2. Ia harus pandai membawa diri, mengatur dan memelihara rumah tangga harmonis.
  3. Ia harus setia kepada suami dengan berusaha tidak melanggar hukum suci.
  4. Seorang istri harus selalu mengendalikan pikiran, perkataan, dan tindakannya dengan selalu mengingat Sanghyang Widhi Wasa, merenungkan kebenaran dan mengingat suaminya. Istri yang demikian kelak setelah mati ia akan mencapai sorga.
  5. Seorang istri wajib menegur atau menasehati suaminya bila ia berbuat keliru yang mengakibatkan dosa dan kehancuran rumah tangga.

 

  1. Kewajiban Orang Tua sebagai Kepala Keluarga
  1. Membina kehidupan beragama agar menjadi keluarga bermoral susila dan berbudi luhur, memimpin doa bersama.
  2. Menjadi pelindung keluarga
  3. Membina dan mengembangkan ekonomi keluarga
  4. Membina dan mengembangkan kreatifitas keluarga.

 

  1. Mendidik Anak
    1. Menghadapi kehamilan, pendidikan anak dalam kandungan
      1. Pada saat terjadi pembuahan dalam rahim, sering seorang calon ibu mengalami gejala-gejala dan sikap tidak seperti biasanya (ngidam)
      2. Suami perlu menjaga perasaan istri agar ia selalu tenang dalam menjaga kehamilannya dengan mengadakan “garbha dana”

Manawadharma sastra II.26.27

Waidikaih karmabhih punyair

Niseka dirdroi janmanam

Karyah sarisa samakarah

Pawarah pretya  echa da (II.26)

Sesuai dengan ketentuan-ketentuan pustaka Weda, upacara-upacara suci hendaknya dilaksanakan pada saat terjadi pembuahan dalam rahim ibu, serta upacara-upacara kemanusiaan lainnya yang dapat mensucikan dari segala dosa dalam hidup ini maupun setelah meningal dunia.

Djarbhairhamairajata karma, Danda marinjini bhnadanah,

Baijikam garbhaikan caino dwijanamapamorjyate (II.27)

Dengan membakar bau-bauan harum pada waktu hamil sang ibu dengan upacara jatakarma (bayi baru lahir) upacara Careda (gunting rambut pertama) dan upacara mamuji bandhana (upacara memberi kalung/gelang) maka kekotoran yang terdapat dari orang tua akan hilang.

  1. Sampai dengan usia kandungan 12 minggu semua unsur tubuhnya sudah terbentuk dan sangat mudah menerima rangsangan dari luar.
  2. Suami harus selalu menunjukkan sikap mengayomi.

 

  1. Pendidikan Anak

Mengenai pendidikan terdapat perunjuk dalam pustaka Slokantara dan dalam Nitisastra sebagai berikut :

  1. Slokantara sloka 22

Rajawat panca warsesu dasa warsesu dasawat mitrawat sadasa warsa ifyetat putra sasanam.

Sampai umur lima tahun orang tua harus memperlakukan anaknya sebagai raja. Dalam seputuh tahun berikutnya sebagai pelajan dan setelah umur enam belas tahun harus diperlukan sebagai teman.

 

  1. Nitisastra Bab IV Slaka 20

Tingkahing serta sasaneka, kadi raja tanaya ring sedang limang tahun. Saptangawarsa warahulun, sepuluh tahun, ika wurukin ring aksara. Yapwan sadasa warsa tulya wara mitra tinaha-naha midana, Yan wus putra saputra tingkalana saleluka wuruken ing nayenggita.

 

Perlakuan kita terhadap anak adalah sampai berumur lima tahun hendaknya diperlukan sebagai putra raja sampai berumur tujuh tahun harus dilatih supaya patuh pada perintah, berumur sepuluh tahun diajar membaca dari umur enam belas tahun diperlukan sebagai kawan dan harus berhati-hati jika menunjukkan kesalahannya.

Jika ia sendiri sudah berputra, tingkah lakunya hanya cukup pengamatan saja dan jika memberi tahu harus dengan gerak isyarat.

Sejalan dengan pesatnya pengaruh ilmu pengetahuan dan teknologi sikap dan prilaku manusia juga ikut berubah, demikian pula pengaruh pendidikan cepat mengembangkan cara dan pola berpikir, segala sesuatu tampak seakan lebih maju. Dengan demikian pengalaman nilai sloka-sloka di atas disesuaikan sebagai berikut :

  1. Pada saat usia balita sampai + usia lima tahun perlakukan sebagai anak raja, dilayani dan sambil diarahkan.
  2. Pada saat usia enam tahun sampai dengan usia + 12 tahun perlakukan sebagai “budak” dituntun, diarahkan dan disuruh, karena pada umumnya dalam usia bandel.
  3. Pada saat usia 13 tahun sampai usia + 18 tahun perlakukan ia sebagai teman, pendapat-pendapatnya perlu diperhatikan, hati-hati kalau akan memberi tegoran.
  4. Selanjutnya apabila ia sudah berkeluarga, cukup diperhatikan ikuti dengan pandangan mata, hati-hati kalau akan menunjukkan kesalahannya.
  1. Jangan bertengkar dihadapan anak

Bila anda sudah mempunyai anak hindari sekali bertengkar atau jangan pamer keributan di depan mereka, karena akan sangat mempengaruhi kejiwaan mereka.

Komentar